03 October 2006

NURANI di atas Kabut

Aku memiliki kuasa atas nama hukum,
Aku adalah sistem, yang kudengar hanyalah sistem.

Aku diharapkan beberapa ... mungkin juga banyak orang,
Aku asa dari suatu peristiwa,
Aku adalah pintu kebebasan,
Aku adalah juga penutup kebebasan,
Aku adalah pemberi keputusan,
karena aku adalah sistem.


Aku adalah pengampunan,
Yang digunakan hanya dalam sistem,
Yang kudengar hanya pembantu-pembantuku,
Sayup-sayup terdengar nuraniku,
tapi yang terdengar jelas hanya sistem,
karena aku adalah sistem.


Aku adalah pisau bermata dua,
aku sang pengampun,
dan aku sang penghukum dalam tiap keputusanku,
tentu setelah mendengar pembantu-pembantuku,
tentu aku boleh mengatakan keputusanku adalah juga keputusan pembantuku?
karena aku adalah sistem.

Seandainya salah dalam keputusanku, aku juga tidak tahu dan
aku sendiri tidak yakin dalam ketidaktahuanku itu,
karena aku adalah sistem.

Aku tak sungguh-sungguh tahu apa kesalahan mereka,
Apa yang telah mereka perbuat?
Aku hanya mendengar pembantu-pembantuku berkata :
Hukum dia!!!
Bebaskan dia!!!
Aku yakin dengan para pembantu-pembantuku,
karena aku adalah sistem.

Bagaimana kalian menuntut diriku?
dari keputusan yang telah ku ambil?
Karena demikianlah para pembantu-pembantuku berkata :
Hukum dia!!!
Bebaskan dia!!!

Aku melihat pembantu-pembantuku tersenyum,
terkadang aku senang dengan senyum itu,
terkadang aku tak menghiraukannya.
karena aku adalah sistem.

Aku tak kuasa mengelak ketika tinta telah tertoreh …
Aku tersadar sejenak..ketika tinta menodai tanganku …
Aku membasuh …

Aku selalu membasuh tanganku
ketika tinta telah tertoreh …
Jikalaupun salah dalam keputusanku,
Aku pun sadar, sadar karena bukan aku yang menarik pelatuknya …

JUMAT, 22 SEPTEMBER, 01.45 WAKTU PABOYA, PALU